Pusaka Legendaris Sang Guru Besar

Pusaka Legendaris Sang Guru Besar

last updateLast Updated : 2024-06-13
By:  D'RoseOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
33Chapters
937views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

"Pedang ini, harus dimiliki oleh jiwa yang murni. Agar pertumpahan darah tidak terulang." Pesan terkahir sang Kakek, membuat Nalini yang merupakan seorang putri dan satu-satunya keturunan Danadyaksa harus melindungi pusaka keluarga dengan mempertaruhkan nyawanya. Akibat kematian guru besar, dunia persilatan kacau balau. Mereka berlomba-lomba memperebutkan pedang legendaris sang guru besar. Barang siapa yang bisa memilikinya, dia akan menjadi pendekar tak terkalahkan. Dimana pedang tersebut sudah memenangkan ratusan pertarungan hingga mendamaikan dunia persilatan selama beberapa dekade. Oleh sebab itu, keberadaan Nalini menjadi sangat terancam. Dia harus melindungi dan bersembunyi dari para pendekar yang mengincar pendang legendaris. Sambil terus mencari orang yang pantas menerima pedang legenda sang kakek. Mampukah Nalini berhasil selamat dari kejaran para pendekar tangguh dan berhasil menemukan orang yang berhak menerima pedang legenda pusaka milik keluarga Dansyaksa.

View More

Chapter 1

1. Pesan Terakhir

"Tinggalkan kami berdua. Aku hanya ingin berbicara empat mata dengan cucuku."

Semua orang yang berada di kamar sang Guru segera berhamburan keluar.

Sejak guru besar dunia persilatan ini sakit, tidak sedikit para pendekar datang mengunjungi perguruan Danadyaksa setiap harinya.

Mereka juga sering membawa buah tangan seperti obat-obatan herbal dan beberapa barang berharga.

"Aku tidak akan membebani mu untuk mengurus perguruan ini."

Nalini tahu kemana arah pembicaraan sang kakek. Dia masih tidak rela jika kakeknya harus pergi meninggalkannya.

Satu-satunya keluarga yang dia miliki hanyalah sang kakek.

Dia kehilangan kedua orang tuanya ketika terjadi perang besar untuk menyatukan dunia persilatan.

Berkat usaha sang guru besar untuk menciptakan perdamaian, walau harus melewati berbagai perang pertumpahan darah.

Serta hasil akhir yang tidak sesuai harapan, sang guru besar harus kehilangan keluarganya dan tersisa hanya seorang cucu perempuan.

Tapi itu setimpal dengan pengorbanan sang guru besar. Setelahnya dunia persilatan menjadi lebih damai dan tertib.

Sekarang dunia persilatan terbagi menjadi empat kerajaan.

Kerajaan bagian Utara, Selatan, Timur dan Barat.

Tidak hanya keempat kerajaan saja. Kehebatan ilmu bela diri sang guru besar juga membuat para klan pendekar tunduk dibawahnya.

Semua mengikuti aturan dan arahan dari guru besar yang bijak mengatur perdamaian, hak serta kewajiban yang harus dilaksanakan setiap pihak.

"Hanya ini yang aku tidak bisa percayakan pada siapapun, kecuali keluargaku sendiri."

Sang kakek mengangkat dan menyerahkan pedang yang selama ini menemaninya.

Pedang itu sudah ada dari keturunan pertama di keluarga Danadyaksa.

Diturunkan kepada ahli waris sebagai pusaka keluarga.

Namun sayang, dimasa kelam itu sang kakek yang terlihat keji untuk sebagian besar orang karena memulai peperangan untuk menyatukan dunia persilatan.

Dia terkena kutukan tragis. Keluarganya tidak akan bisa lagi menggunakan pedang legendaris.

Jika mereka tetap memakainya, maka akan membawa pertumpahan darah dan keluarga Danadyaksa akan musnah selamanya.

Awalnya kutukan itu hanyalah dianggap angin lalu oleh sang guru besar.

Dia tidak mempercayai, sampai anak-anak dan menantunya yang menggunakan pedang legendaris.

Satu per satu mati mengenaskan di medan pertempuran atau ketika bertarung dengan musuh.

"Pedang ini, harus dimiliki oleh jiwa yang murni. Agar pertumpahan darah tidak terulang."

"Berikan saja itu pada Kakak seperguruan yang tertua. Aku tidak bisa menerima beban seberat ini atau Kakek harus bisa sembuh, nanti aku--"

"Tenang Nalini. Kakek tahu kemampuanmu sudah berkembang pesat."

"Apapun yang terjadi kedepannya, Kakek akan selalu mengawasi mu dari langit." Ucap sang Kakek sambil tersenyum.

Setelah itu matanya mulai perlahan turun dan tertutup. Seolah tidak ada penyesalan yang dia tinggalkan.

"Kakek... bangun, Kakek!" Nalini berteriak histeris, melihat tangan yang terulur padanya jatuh dengan lunglai ke atas kasur. Nalini menjadi makin panik dan menangis histeris.

Orang yang pertama kali masuk adalah kakak seperguruan mereka yang paling tua.

Dia yang sudah diamanati oleh sang guru besar untuk melanjutkan perguruan serta menjaga cucu satu-satunya.

"Nona, berikan pedangnya padaku. Sebentar lagi orang-orang pasti akan masuk karena mendengar teriakan anda."

Nalini hendak memberikannya, namun detik berikutnya dia menarik lagi pedang tersebut kedalam dekapannya.

Kakak tertuanya ini sangat baik dan bijaksana. Bisa saja dia juga memiliki jiwa yang murni.

Tapi mengapa kakeknya tidak langsung memberikan pedang legendaris pada kakak tertua.

"Tidak. Aku akan menyimpan pedang ini." Nalini berusaha menyeka air matanya, mulai sekarang dia harus kuat.

Nalini bertekad akan mewujudkan pesan terkahir dari sang kakek.

"Baiklah, tapi beberapa orang akan segera masuk. Mereka sudah lama mengincar anda dan juga pedang legendaris."

"Nona tidak bisa muncul dengan pedang itu, untuk sementara sembunyikanlah di tempat yang aman."

"Sementara itu saya akan keluar dan menahan orang-orang yang ingin masuk." Kakak tertua pun keluar dari kamar.

Nalini ingat ada pintu rahasia dibalik rak buku yang menempel di dinding.

Kunci pembukanya adalah sebuah buku.

Begitu buku itu dicabut dari barisan, rak buku tersebut akan bergeser membuka.

Ada sebuah lorong yang gelap di depan sana. Nalini tidak tahu seberapa panjang dan kemana lorong itu bermuara.

Nalini juga tidak sengaja mengetahui tentang pintu rahasia ini. Saat sang Kakek membukanya.

Tidak banyak waktu, suara orang-orang yang protes juga mulai terdengar semakin jelas.

Nalini putuskan untuk menyimpannya dibalik pintu lorong.

Disimpannya pedang legendaris itu di celah kecil pintu.

Pintu tertutup kembali bertepatan dengan masuknya putra mahkota kerajaan timur. Catra Arnawarman.

Setelah perang usai, guru besar memutuskan untuk menetap di tanah kelahirannya yang sekarang menjadi daerah kekuasaan kerajan timur.

Sebutan lain dari kerajaan timur adalah Arnawarman.

Kedekatannya yang spesial dengan Raja Arnawarman juga membuat sang guru besar menjodohkan cucu satu-satunya dengan putra mahkota Arnawarman.

"Nalini. Semuanya akan baik-baik saja." Dia langsung menghambur, memeluk Nalini untuk menenangkan.

Untunglah putra mahkota datang dengan membawa beberapa penjaga istana.

Para penjaga istana langsung mengamankan area perguruan Danadyaksa.

Keamanan diperketat apalagi di kamar guru besar, yang tidak berkepentingan jelas dilarang untuk masuk.

Kabar meninggalnya guru besar pun langsung tersebar ke segala penjuru dunia persilatan.

Raja Arnawarman juga sudah memutuskan bahwa pihak kerajaan akan melakukan acara pemakaman bagi guru besar.

Begitu pun dengan jamuan dan penyambutan bagi siapa saja yang datang ke negerinya untuk melakukan penghormatan terakhir pada sang guru besar.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
33 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status
OSZAR »