Share

Kirana Sasmaya

Penulis: Bebby
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-13 02:02:01

Hutan Serigala Putih tampak tidak terganggu oleh kejadian di Pulau Iblis. Suasananya masih tenang dengan panoramanya yang menakjubkan mata. Berbeda saat malam hari, hutan ini sangat indah di pagi hari dengan cahaya matahari yang sedikit memasuki hutan menambah indahnya hutan ini. Andai tidak ada serigala putih sebagai penghuni hutan ini, mungkin banyak penduduk yang bisa sekedar melepas lelah menikmati indahnya hutan ini.

Wusshhh! Wussshhh! Wusshh!

Tampak sosok anak perempuan kecil berlari lincah bersama kawanan serigala putih yang ukuran badannya jauh lebih besar darinya. Tapi tampak anak perempuan ini tidak terganggu sama sekali. Dia malahan asyik berlari seakan berlomba berpacu dengan waktu, melompati suluran akar pohon maupun cabang pohon yang menghalangi jalannya sambil tertawa penuh kegirangan.

Kirana Sasmaya, nama anak perempuan itu tampak cantik jelita dengan rambutnya yang ditutupi bandana kain biru. Matanya yang berwarna biru lebih menunjukkan dia lebih berbakat di ilmu sihir dibandingkan ilmu silat. Perawakannya yang masih kurus kering tidak membuatnya lemah, kelincahannya tidak tertandingi oleh makhluk manapun di hutan ini.

Sebuah busur panah tersanding di punggungnya dengan beberapa anak panah di dalamnya. Kirana mahir dalam memanah yang sudah dipelajarinya sejak berumur 4 tahun.

Hahaha ... hahaha ....

Terdengar tawanya yang membahana ke seluruh hutan termasuk ke telinga Syakia yang sedang berada di pondokan hutan.

“Kirana, jangan jauh-jauh mainnya!” teriak Syakia dari kejauhan dengan perasaan cemas.

Suara Syakia yang kencang langsung masuk ke dalam rimbunnya hutan untuk memperingati gadis kecil ini.

Tentu saja penyihir putih ini tidak salah mencemaskan gadis kecil di tengah kerumunan serigala putih berbadan besar ini. Lain halnya dengan gadis kecil ini, dia tidak khawatir sama sekali terhadap serigala liar ini. Alih-alih menjauhkan diri, dia menempel erat di punggung serigala putih besar berwarna putih dan menungganginya laksana menunggangi kuda pada umumnya.

“Uwais! Jaga Kirana baik-baik!" teriak Syakia lagi kepada serigala putih yang berlari menemani Kirana dengan lincahnya.

Kirana mencengkram erat leher Uwais agar tidak terjatuh karena serigala putih ini berlari sangat kencang melompati segala rintangan yang ada. Uwais sendiri tampak garang bagaikan pemimpin serigala, tapi serigala ini tidak terusik dengan sahabatnya Kirana yang sedang menduduki punggungnya.

“Kamu tidak usah terlalu mencemaskannya. Anak itu bahkan lebih gesit dari serigala larinya!” tegur peri hutan Thetis menanggapi kecemasan Syakia.

“Bukannya aku cemas! Tapi dia masih kecil, Thetis! Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya? Tanggung jawabku besar terhadap kedua orangtuanya," jawab Syakia masih dengan nada penuh kecemasan.

Sementara itu yang sedang dibicarakan sudah asyik lagi berlari dari satu batang pohon ke batang pohon lainnya dengan mudahnya tanpa merasa khawatir terjatuh.

Di usianya yang baru 5 tahun ini, Kirana sudah banyak belajar dari  untuk ilmu meringankan tubuhnya. Dari punggung Uwais, dia langsung lompat ke depan beradu lari dengan serigala-serigala putih lainnya, disusul oleh Uwais yang tidak mau kalah dengan sahabatnya ini.

Pertumbuhan gadis kecil ini tidak seperti kebanyakan anak pada umumnya. Kirana sudah tampak seperti gadis kecil berumur 8 tahun di usianya yang baru menginjak 5 tahun. Dia juga sudah bisa berbicara bahasa manusia dan serigala. Hal ini juga tidak terlepas dari kegigihan Syakia mendidik anak gadis ini.

“Bibi! Lihat Bi ... aku menang lari melawan Uwais! Horee!" teriaknya saat kembali ke pondokan di hutan ini.

Wajah Kirana penuh lumpur dan dedaunan, tapi dia santai saja menghadap bibinya karena dalam hati dia mengetahui kalau bibinya ini sangat sayang padanya. Malahan dia langsung memeluk bibinya sehingga mengotori baju putih bibinya ini, tapi tampak Syakia tersenyum saja melihat kelakuan Kirana.

Kirana belum mengenali siapa orangtuanya. Dia hanya tahu dari bibinya kalau orangtuanya adalah pendekar terkenal dan juga orang yang sangat disegani. Bibinya berjanji nantinya dia akan bertemu orangtuanya kalau sudah sehat dan tidak sakit-sakitan lagi seperti yang sering dideritanya saat dia masih  kecil.

“Bibi ... aku sudah bisa lari kencang seperti yang Bibi ajarin ke aku ... Uwais saja kalah adu lari samaku!” kata Kirana penuh semangat.

“Sudah Bibi bilang berulangkali jangan pergi jauh-jauh dahulu. Kamu masih kecil!” Syakia memeluk balik gadis kecil ini yang sudah dianggapnya seperti putrinya sendiri dengan rasa kasih sayangnya.

“Aku kan dijaga sama Uwais, Bi! Jadi Bibi tidak usah khawatir ya ...” jawab Kirana dengan tenangnya.

Tampak Uwais juga mengangguk-anggukan kepalanya seakan mengerti apa yang dikatakan Kirana kepada bibinya.

“Ya sudah, kamu mandi dulu sana di kolam belakang pondok biar energi kamu terisi kembali!” perintah Syakia meminta Kirana mandi di kolam khusus dekat pondokan yang bisa memperkuat stamina tubuh.

“Siap Bibiku yang cantik!” kata gadis kecil ini sambil berlari ke belakang pondok.

Byuuurrr!

Terdengar suara gadis cilik ini menceburkan dirinya begitu saja di kolam air hangat yang fungsinya memulihkan stamina siapa saja yang masuk ke dalam kolam ini.

Kirana bahkan sudah dimandikan di kolam ini sejak dia masih bayi, karena selain susu serigala putih, khasiat kolam ini turut memulihkan dirinya yang sangat lemah saat dilahirkan.

Syakia hanya tersenyum melihat anak didiknya ini sangat ceria dan raut wajahnya mirip majikannya Tuan Chandika. “Andai bukan penyihir putih ...” pikirnya. Tidak tahu pikiran apa yang berkecamuk di otaknya, tapi yang pasti penyihir ini sangat melindungi Kirana bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya.

“Aku minta maaf sudah meragukan penilaianmu saat kamu bilang gadis kecil ini adalah Sang Terpilih yang akan memberantas iblis yang berusaha masuk ke dunia kita," ujar Thetis.

Kali ini tampak Thetis, peri hutan yang tertinggal ini tersenyum pada Syakia sambil menawarkan minuman padanya.

Syakia melihat pada peri hutan ini, “Aku sudah tidak permasalahkan masalah itu Thetis ... aku sendiri juga tadinya ragu dengan penilaianku sendiri. Tapi gadis ini lebih kuat dari bocah laki-laki manapun yang memiliki tulang pendekar.”

“Kapan akan kamu kembalikan gadis kecil ini ke orangtuanya? Kenapa orangtuanya tidak datang menjemputnya?” tanya Thetis padanya.

“Tadinya mau aku kembalikan sekarang tapi aku berubah pikiran begitu melihat kebahagiaan di wajahnya. Lebih baik anak ini berada di Hutan Serigala satu tahun lagi untuk melatih ketahanan staminanya, juga kerjasamanya dengan serigalanya agar bisa lebih baik lagi," jawab Syakia.

"Baru terpikir olehku ... kenapa Tuan Chandika tidak datang sekarang untuk menjemput Kirana ya? Hari ini tepat sudah lima tahun Kirana berada di Hutan serigala Putih ini," ujar Syakia.

“Kamu bisa jaga Kirana sebentar saja. Aku mau ke rumah Tuan Chandika untuk meminta ijinnya agar Kirana bisa kita rawat setahun lagi di sini. Kamu setuju tidak denganku?” tanyanya kepada peri hutan ini.

“Tidak masalah! Terserah kamu saja! Kamu yang bisa lebih bijaksana dalam mengambil keputusan. Kamu pergi saja sekarang mumpung anak itu lagi asyik berendam di kolam bersama serigalanya," jawab Thetis menyetujui usul Syakia.

Thetis yang awalnya tidak begitu menyukai Kirana, lama kelamaan makin sayang dengan bocah perempuan ini karena Kirana sangat menghormatinya dan menganggapnya sebagai pamannya sendiri. 

Thetis juga yang mengajari Kirana ilmu memanah karena peri hutan sangat terkenal dengan ilmu memanahnya yang selalu tepat sasaran.

“Baiklah kalau begitu! Terima Kasih banyak ya kamu sudah turut serta merawat Kirana sampai bisa sehat kembali seperti sekarang," tutur Syakia.

Perkembangan Kirana di luar dugaan Syakia. Ilmu sihir putihnya berhasil diserap Kirana tanpa cacat membuat penyihir putih ini kagum kepadanya. Seharusnya dia tidak boleh mengajarkan sihir ini karena Kirana bukanlah penyihir putih melainkan calon pendekar.

Kecintaannya terhadap gadis kecil ini yang sangat menyerupai dirinya membuatnya melanggar aturan penyihir yang bisa berakibat dia dihukum berat karenanya.

Andai Kirana bukan Sang Terpilih, tentunya sudah dia kirim ke Negeri Awan Putih untuk menempuh pendidikan awal di sana sebagai Penyihir Putih.

“Apa yang aku lihat Penyihir Terpilih, bukan Pendekar Terpilih? Entahlah ...  biar waktu saja yang memutuskan ke arah mana anak ini nantinya melangkah. Atau bisa juga dia menjadi Pendekar Terpilih sekaligus Penyihir Terpilih?" Syakia mengguman sendiri dalam perjalanannya ke rumah orangtua Kirana.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan Chandika Kalandra sehingga dia  tidak datang untuk menjemput Kirana sesuai janjinya kepada anaknya lima tahun yang lalu?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hwat703
Misteri persilatan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pendekar Serigala Putih   54. Akhir Pendekar Iblis

    Kirana melanjutkan perjalanannya ke Benua Kahuripan untuk mencari lokasi Pendekar Iblis yang masih lemah agar tidak bangkit lagi nantinya dengan kekuatan yang besar.Berbekal kemampuan Tapak Pendekar penyihir, sudah cukup bagi Kirana untuk menantang Pendekar Iblis yang sedang menyusun kekuatannya untuk bangkit kembali.Hanya tertinggal Saraswati dan Pendekar Iblis di benua ini setelah semua penyihir hitam berhasil ditaklukan oleh Syakia, si Penyihir Putih.Kedatangan Kirana langsung disambut dengan pukulan jarak jauh yang berhsil dihindari Pendekar Serigala Putih ini dengan mudah."Siapa yang berani memasuki wilayah ini?" tanya Saraswati yang berpakaian serba hitam."Aku datang membuat perhitungan dengan Pendekar Iblis! Suruh dia keluar sekarang juga!" seru Kirana."Cuih! Hanya cecunguk kecil berani mencari kami! Kamu cari mati!" sahut Saraswati yang menganggap remeh Kirana."Bilang padanya kalau Pendekar Serigala Putih datang untuk membuat perhitungan dengannya!" seru Kirana lagi den

  • Pendekar Serigala Putih   53. Kirana Jatuh Cinta?

    "Maaf!" Tiba-tiba Kirana menjauh dari wajah Adesyawara dengan wajah bersemu merah merona. "Kenapa minta maaf? Apa kamu melakukaan kesalahan?" tanya Adesyawara sambil tersenyum. Baru pertama kalinya Kirana melakukan ciuman dengan seorang pria. Tentu saja ada perasaan tegang, takut, malu, dan berbagai perasaan lainnya. Kirana yang biasanya tegas, kini tertunduk malu dan tubuhnya masih gemetar. "Apa aku sedemikian menakutkan, sehingga kamu sampai gemetaran begitu?" tanya Adesyawara dengan lembut. "Tidak! Kamu tidak menakutkan! Hanya saja, aku baru pertama kalinya merasakan sensasi yang tadi kurasakan sehingga membuatku takut!" ujar Kirana. "Bukan aku sombong ... tapi itu tandanya kamu sedang jatuh cinta, Kirana!" seru Raja Adesyawara. "Jatuh cinta? Padamu? Kok bisa?" tanya Kirana penuh keheranan. Giliran Raja Adesyawara yang bingung dengan gadis di hadapannya. Gadis mana saja akan langsung mengikuti dirinya apabila mengetahui kalau dia adalah Raja Bumi Nusantara, tapi tidak dem

  • Pendekar Serigala Putih   52. Bangsawan Raja

    Kirana lebih terkejut lagi saat semua orang di penginapan membungkuk ke arah Adesyawara. "Siapa sebenarnya dirimu? Kenapa mereka semua menaruh hormat padamu? Apa kamu ini bangsawan dari Kota Es?" tanya Kirana penasaran. "Hahaha ... banyak sekali pertanyaanmu! Sudah kubilang kalau aku ini bukan siapa-siapa! Mungkin saja mereka menaruh hormat padamu karena seorang gadis menyelamatkan seorang pria yang tidak berdaya!" elak Adesyawara. "Jangan berbohong lagi! Siapa sebenarnya dirimu? Aku melihat banyak pengawal yang mengikuti kita sampai ke penginapan ini! Hanya Raja yang memiliki kekuasaan sebesar itu! Bangsawan juga tidak dikawal seketat ini!" jelas Kirana. Plook! Plook! Plook! "Kamu sungguh cerdas, Kirana! Aku tidak akan sembunyi-sembunyi lagi darimu! Aku ini Raja Adesyawara yang memimpin Bumi Nusantara ini!" jelas pria bangsawan ini. "Raja Bumi Nusantara? Kamu serius?" tanya Kirana. "Kamu tidak pernah mendengar tentang Raja di Bumi Nusantara?" tanya Adesyawara. "Tidak! Aku ti

  • Pendekar Serigala Putih   51. Keindahan Kota Es

    Kirana memutuskan untuk jalan-jalan ke Kota Es yang letaknya tidak jauh dari Pulau Es, sebelum dia mulai pencarian Ruh Api dan menaklukan beberapa pimpinan persilatan yang tidak memimpin dengan baik dan benar.Untuk pimpinan persilatan yang memimpin dengan baik dan benar, Kirana hanya menjalin kerja sama agar bisa membantunya menghadapi pasukan Dewa Iblis yang pastinya akan membantu Pendekar Iblis menguasai Bumi Nusantara."Aku hendak jalan-jalan ke Kota Es, kalian siapkan kapal penyeberangan untuk ke kota ini!" perintah Kirana kepada Bimantara dan Ekaputri."Pimpinan hendak dikawal atau ditemani oleh kami?" tanya Bimantara."Tidak perlu! Aku hanya ingin jalan-jalan sendiri!" sahut Kirana."Baiklah, Pimpinan! Aku akan tugaskan pendekar yang biasa menyeberangkan kapal ke Kota Es untuk mmebawa pimpinan ke sana!" ujar Bimantara."Baiklah! Aku segera menuju ke sana! Sediakan kereta luncur untuk menuju ke dermaga, tempat kapal penyeberangan ini merapat!"Kapal yang tersedia sangat mewah.K

  • Pendekar Serigala Putih   50. Pemimpin Baru Pulau Es

    Kirana sangat menikmati kekuasaannya di Pulau Es ini.Semua Pendekar Pulau Es bersumpah setia padanya."Kami, Para Pendekar Pulau Es mulai hari ini dan seterusnya bersumpah akan mematuhi perintah Pendekar Kirana sebagai pimpinan baru Pulau Es!""Terima kasih atas kesetiaan kalian! Aku tidak akan lama memimpin Pulau Es ini! Aku akan memilih wakil yang pantas untuk memimpin Pulau Es ini sementara aku menaklukan beberapa pimpinan lagi!" seru kirana."Hidup Pemimpin!!!"Teriakan keras membahana dari ratusan Pendekar Pulau Es menandai era baru kepemimpinan di pulau es ini.Beberapa murid perguruan memang sudah muak dengan kelakuan pimpinan lama mereka yang selalu melakukan perbuatan bejat dengan gadis-gadis yang masih muda."Aku akan mengadakan turnamen kecil untuk memilih wakil yang berbakat! Apa kalian bersedia mengikuti pertandingan ini?" ujar Kirana."Siap, Pimpinan!!!"Teriakan serempak sudah cukup untuk Kirana."Untuk sementara aku akan memilih dua wakil yaitu satu pria dan satu wani

  • Pendekar Serigala Putih   49. Kirana vs Baskara

    "Apa yang bisa kamu lakukan, gadis cantik? Kemampuanmu masih seujung jengkal jariku! Jangan kotori tubuhmu dengan luka akibat pertarungan! Kamu cukup menemaniku satu atau dua malam maka aku akan memberikan banyak koin emas padamu!" ujar Baskara."Dasar pria mesum! Tadinya aku menghormatimu karena kamu pamanku, dan juga kamu Pendekar Tapak Es yang sangat terkenal ... tapi sekarang rasa hormatku sudah sirna!' seru Kirana."Cuih! Kamu bisa apa! Gadis seperti dirimu hanya cocok untuk teman tidur saja, tidak ada yang lain!" hina Baskara lagi."Pulau Es tidak pantas dipimpin oleh laki-laki bejat seperti dirimu, Paman!" seru Kirana balik menghina Baskara."Kamu masih memanggilku, Paman! Apa kamu hendak menemani pamanmu ini di tempat tidur?' kata Baskara dengan nada genitnya.Kirana benar-benar merasa jijik dengan pamannya yang sudah tertolong lagi! pamannya memanfaatkan kekuasaannya untuk meniduri gadis-gadis cantik di Pulau Es."Pendekar Membelah Air!"Kirana mulai mengeluarkan jurus Super

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status
OSZAR »