Bella Marlene, seorang aktris pendatang baru dengan paras cantik dan memiliki sifat pekerja keras. Namun, gadis itu memiliki kelemahan, yaitu enggan berdekatan dengan seorang pria. Kelemahan itu bukan tanpa suatu alasan. Bella seringkali mengalami mimpi-mimpi aneh dan terjadi berulang kali dalam tidurnya. Yaitu, ia seolah berada dalam film klasik Eropa abad pertengahan. Namun sesungguhnya, semua mimpi yang terjadi pada Bella bukanlah sekadar mimpi. Terdapat kepingan-kepingan puzzle di dalamnya.
View More"Apa kau menyukai hal ini?” bisik seorang pria dengan senyuman yang begitu menawan. “Aku akan terus melakukannya untukmu dan hanya denganmu," bisiknya lagi dengan senyuman miring yang tergelincir di sudut bibirnya.
Jemari panjang pria itu kemudian menyentuh wajah wanita di hadapannya, menyusuri sisi wajah cantik dan berhenti tepat di bibir ranum wanita itu. Tatapan mereka sejenak terkunci.
Pria itu mulai mendekatkan wajahnya lalu mendaratkan sebuah ciuman lembut pada bibir sang wanita. Semakin lama, ciuman itu menjadi semakin bergairah. Ia mereguk setiap bulir rasa manis yang terasa dari mulut wanita itu.
Dengan gerakan kasar, lidah pria itu menyeruak dan menyesap bibir sang wanita tanpa ampun. Ia memiringkan kepalanya untuk mendapatkan akses lebih.
Jemari lentik wanita itu kemudian menyisip ke dalam rambut hitam legam sang pria. Sebuah lenguhan lolos dari bibir sensual wanita itu kala dirinya berusaha untuk bernapas, membuat dorongan primitif sang pria semakin meliar.
Tidak mau kalah, jemari panjang pria itu kemudian menuruni leher jenjang sang wanita, menyusuri lekukan menggoda yang kala itu adalah miliknya. Tangan itu terus bergerak turun, hingga mencapai salah satu gundukan indah yang masih terbalut rapi di dalam sebuah kemeja putih milik sang wanita.
Kini, tujuan utama pria itu adalah membebaskan keindahan dari balik kain yang menghalanginya, walau dengan bibir yang masih saling berpagutan.
Satu kancing paling atas telah dilepas, wanita itu masih mengikuti permainan sang pria. Kancing nomor dua ikut terbebas, sang pria menyeringai di sela-sela kegiatan berciuman. Kancing nomor tiga telah dilepas, tetapi tubuh sang wanita mulai gemetar kala bra hitam berenda miliknya mulai terlihat. Lalu, kancing nomor empat ... masih berada pada tempatnya.
Ya, sebab gerakan jemari panjang pria itu tiba-tiba berhenti. Dengan elegan, pria itu melepas pagutan bibirnya seraya menatap lekat wanita di hadapannya sambil tersenyum culas. Ia menikmati raut wajah takut yang berusaha disembunyikan mati-matian oleh wanita itu.
“CUT!”
Tiba-tiba terdengar aba-aba dari seorang sutradara yang disusul dengan suara tepukan clapper board, pertanda syuting telah selesai. Para kru bertepuk tangan dan terlihat puas dengan rekaman yang baru saja diambil. Ya, mereka saat ini memang sedang melakukan syuting film.
CTAK!
Lampu dihidupkan dan suasana terang benderang seketika menyergap ke dalam ruangan, semuanya terlihat jelas. Dengan cepat, wanita yang masih terduduk di atas meja menyilangkan sebelah tangan sekaligus berusaha mengaitkan kembali semua kancing kemejanya.
"Apa aku perlu membantu mengancingkan kembali itu semua?" Aktor pria yang menggoda itu menawarkan bantuan dengan senyuman jahatnya yang memikat.
"Enyahlah, pria sialan!" desis sang aktris seraya mendengkus kesal dan melenggang pergi.
Semua yang baru saja terjadi di antara pria tampan dan wanita cantik itu memang sebuah alur dari skenario film yang mereka bintangi. Namun, tidak dengan bisikan lirih yang sempat dilakukan oleh sang pria.
'Apa kau menyukai hal ini? Aku akan terus melakukannya untukmu dan hanya denganmu,' bisikan itu masih terngiang dan merasuk di benak sang aktris. Wanita cantik itu merasa dunianya gelap, terperangkap oleh pria yang lebih seperti penguntit mesum.
Bersamaan dengan sang aktris yang masih sibuk membenahi penampilan serta pikirannya, aktor tampan yang menggoda itu tetap tidak mengalihkan fokus perhatiannya pada punggung sang aktris yang berjalan menjauh. Pria itu membatin dengan tatapan penuh arti, ‘Bella, di kehidupan ini kau adalah milikku, dan akan menjadi milikku seorang.'
~~~
Alhamdulillah ... penulis dapat merampungkan cerita GCBT sesuai dengan plot yang sudah ada di dalam kepala. Bagaimana dengan endingnya? Maaf jika ending cerita ini cukup berbeda dengan kebanyakan novel yang diakhiri dengan ritual pernikahan, bulan madu, dan memiliki bayi. Kalian bisa mengimajinasikan kebahagiaan itu sendiri untuk kisah Bella dan Glenn yang sudah berakhir bahagia ️ Dan sesuai dengan janji penulis sebelumnya berkaitan dengan giveaway, penulis akan memilih satu dari komentar yang terbaik dan mendapat paket bingkisan dari penulis. Namun, penulis juga akan memberi hadiah transfer atau pulsa senilai @50.000 pada bebe
Langit malam seketika menyambut netra seorang gadis yang berada dalam gendongan pria yang dicintainya. Wajah gadis itu memucat dan tidak ada lagi semburat warna di wajahnya. Warna-warna itu telah pergi bersama dengan sebuah kehormatan yang dimiliki. Gadis itu adalah Bella yang hanya menunggu hitungan detik untuk kematiannya. Pandangan Bella yang mulai meremang berusaha menatap sayu pada ukiran wajah tampan pria yang dicintainya dari bawah sinar rembulan dan langit malam yang bertabur bintang. Sayangnya, jiwa gadis itu telah terbunuh sebelum belati tajam mengiris pembuluh darah arteri karotis di lehernya. Jika Tuhan memberikannya kesempatan, gadis itu ingin mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria tampan yang kini sedang ia lihat di bawah sinar rembulan, sosok pria yang selalu menjadi perisai di hidupnya, sosok pria yang tetap datang di saat-saat terakhir, dan sosok pria yang merupakan Pangeran berkuda putihnya. Namun, takdir berkata lain. Takdir itu
Pintu terbuka dengan suara nyaring karena terbentur dinding. Pangeran Glenrhys berdiri di ambang pintu dengan aroma kematian yang tersebar di wajah. Bella dapat melihat keterkejutan dan rasa sakit hati yang terpancar di riak-riak mata pria yang dicintainya tersebut. Tiba-tiba, Bella merasakan ujung pisau di lehernya. "Majulah selangkah dan kau akan melihat pisauku tertancap di leher wanitamu, Kakak." Pangeran Stefan tersenyum menyeringai dengan belati lipat di tangannya yang diarahkan di leher Bella. Pangeran Glenrhys membeku. "Apa yang kau inginkan, Stefan?" Suaranya tenang, tetapi terlihat betapa tajamnya tatapan Pangeran Glenrhys pada adik tirinya. Percayalah! Bella justru merasa ingin mengakhiri hidupnya saat ini juga. Rasa malu, trauma, hina, dan marah kini bergejolak dalam darahnya dan merasuk hingga tulangnya. Gadis itu tidak pernah menyangka jika seseorang yang ia cintai—Pangeran Glenrhys akan melihatnya dalam kondisi tanpa sehelai benan
✍️ Hallo, bab ini menurut penulis akan cukup dark. Jika tidak suka, bisa diskip meskipun bab ini cukup vital dan juga merupakan inti dari cerita. ~~~ Bella kembali membuka mata. Kedua tangan dan kakinya masih terikat dengan tali. Mulutnya juga tersumpal dengan kain. Masih terbalut gaun mewah dengan bawahan mengembang, wajah Bella sudah tampak lusuh meskipun kecantikanya masih tetap terlihat. Sudah berhari-hari Bella diculik dan disekap oleh Pangeran Stefan. Berkali-kali Pangeran gila itu menyatakan cinta dan berkali-kali pula Bella menolaknya dan meludah di wajah Pangeran tersebut. Bella berusaha membebaskan diri dari ikatannya, tetapi tak satupun ikatan itu mengendur. Gadis itu benar-benar ingin kabur dan melarikan diri dari Pangeran mengerikan yang terobsesi padanya. Saat masih berusaha melepas ikatan tali, tiba-tiba terdengar suara pintu berderit, pertanda seseorang telah membukanya. Sosok pria berdiri di ambang pintu. Ya, pria itu ad
Pangeran Glenrhys menaiki kereta kuda kala baru saja keluar dari kapal yang membawanya dari London. Pangeran itu menuju istana untuk bertemu dengan Ratu Cecilia. Turun dari kereta kuda, langkah Pangeran Glenrhys menyusuri taman istana barat untuk menuju aula Ratu.Hingga akhirnya, Pangeran itu telah tiba di depan pintu kamar Ratu. Jemari panjangnya mulai terulur dan membuka pintu ganda kamar yang seketika memperlihatkan seorang wanita yang sedang terbaring di atas tempat tidur.Pangeran Glenrhys melangkah mendekat, "Apakah kau sudah meminum obatmu?" Suara bariton yang terdengar begitu dalam keluar dari mulut Pangeran tersebut.Ratu Cecilia yang awalnya memejamkan mata mulai membuka kelopak mata yang dinaungi bulu mata lentik dan seketika memperlihatkan iris mata biru yang indah, mirip seperti iris mata milik Pangeran Glenrhys. Wanita cantik itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum menatap sang putra yang tiba-tiba datang mengunjunginya."Obat
Secret~Seorang pria paruh baya berambut hitam panjang dan bertopi fedora memasuki salah satu ruang kamar yang berada di istana. Ia menunduk sopan kala berhadapan dengan seorang Pangeran yang duduk santai di peraduannya dengan sebatang cerutu di tangannya. Pria paruh baya itu adalah Pollux. Sedangkan Pangeran itu adalah Stefanus Aldrich."Dia sudah menyetujuinya, My Lord. Duchess Marimar bersedia berada di pihak kita. Semua rencana sudah kita bicarakan dan tinggal menunggu waktunya."Senyuman menyeringai tergambar di bibir Pangeran Stefan. Sebelah tangannya mulai mendekatkan sebatang cerutu di bibir merah mudanya. Menyesap sari pati tembakau, Pangeran itu mengembuskannya secara perlahan, "Bagus, Pollux. Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba. Aku tidak sabar bersama dengannya," desis Pangeran Stefan masih dengan senyuman menyeringai yang belum memudar.Hingga akhirnya, hari itu pun tiba. Hari di mana Enzo menjemput Bella yang sedang berada di markas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments